Goresan Pena,

WAFATNYA HASAN AL-BANNA

01.05.00 Iwan Wahyudi 1 Comments




Adalah suatu keniscayaan bahwa dakwah ini akan selalu berkembang ditengah terpaan cobaan yang menimpa umatnya. Melihat perkembangan dakwah IM tersebut dan langkah-langkah politik yang dilakukan oleh IM, Raja Farouk (penguasa Mesir) merasa kesal karena berseberangan dengan kebijakan yang diambilnya. Sejak itu rezim Faruok benar-benar memperhitungkan langkah-langkah untuk menguasai Hasan Al-Banna. Dengan berkonspirasi dengan Yahudi dan militer ia berusaha melenyapkan Imam Hasan Al-Banna. Dalam sebuah rekayasa pembunuhan yang keji tanggal 11 Februari 1949 Raja Farouk berhasil membunuh Imam Hasan Al-Banna pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin.

            Rezim Raja Al-Farouk memenjarakan seluruh anggota IM dan membiarkan Hasan Al-Banna seorang diri sebagai upaya agar masyarakat luar memiliki anggapan bahwa rezim masih memiliki rasa tolerir terhadap beliau, padahal hal ini merupakan siksaa batin, setiap hari hanya tangisan ribuan anak kecil dan rintihan ibu-ibu fororo, yang didengarnya, menengok kekanan dan kekiri tidak ada yang peduli seakan-akan seluruh rakyat telah diintimidasi oleh rezim, takut untuk melakukan sebuah kebaikan, siapa sedekah mati, siapa yang menolong orang kelaparan dia diangap pemberonak, beliau hanya mampu mengumpulkan sebesar 150 Junaih Mesir ($140) setelah berupaya kesana-kemari dan itupun hasil hutang dari salah seorang teman. Sungguhpun perasaaan-perasaan buruk dan mencekam melanda masyarakat lebih dari yang terungkapan
            Setelah rezim berhasil menciptakan Mesir menjadi amat mencekam, polisi intel segera memenjarakan adik kandung Hasan Al-Banna, Abdul Basith yang juga seorang polisi  namun bukan anggota IM, hal itu adalah perangkat yang diciptakan untuk mempermudah penangkapan beliau kapan saja mereka menginginkannya, sebenarnya perasaan ini juga ada dalam sanubari kecil beliau, namun justru keberanian dan perasaan tidak takut mati semakin lebih nampak apalagi setelah suatu malam beliau bertemu Syayidina Umar dalam mimpinya yang mengatakan “wahai Hasan kamu akan dibunuh”. Kemudian beliau terbangun dan tidur kembali sehingga terulang mimpi itu lalu bangun hingga shalat subuh. Dan ketika Hasan Al-Banna mengajukan untuk tinggal diluar kota Kairo bersama saudaranyapun tidak diizinkan, Hal itu semakin memperjelas makar yang dirancang oleh rezim untuk meringkusnya secara berlahan.
            Setelah semua anggota IM, persenjataan dan kekayaannya termasuk barang milik pribadi Hasan Al-Banna berupa pistol dan mobil pribadi yang statusnya pinjaman disita oleh penguasa yang rakus, mulailah konspirasi pembunuhan dilakukan oleh rezim Farouk dengan merekayasa sebuah pertemuan di “Syabbanul Muslimin” antara Hasan al-Banna dan salah seorang pengurus  Syabbanul Muslimin, Mohammad An Naqhi.
             Petang itu hari Jum’at tanggal menunjukkan angka 11 bulan Februari 1949, pukul 17.00 Hasan al-Banna tiba di Syabbanul Muslimin. Pukul dua puluh lebih dua puluh menit Hasan Al- Banna baru keluar dari markas Syabbanul Muslimin yang terletak di Jalan Malikah Nazili tepat dijantung kota Kairo karena masalah yang diagendakan belum ada kejelasan akibat salah seorang menteri yang akan hadir dalam pertemuan itu yang diharap akan dapat membantu menyelesaikan masalah IM tidak menepati janjinya.. Beliau saat itu didampingi menantunya yang juga seorang pengacara Abdul Karim Manshur Beliau kemudian pulang dengan sebuah komitmen akan datang kembali esok harinya. Namun tiba-tiba beliau menemukan suasana yang sungguh lain , dijalan protokol Malikah Nazili (Quin Ramses sekarang) yang biasanya ramai dengan hiruk-pikik lalu lintas dan lalu lalang manusia saat itu tak sebuah mobil dan orangpun yang yang lewat, toko-toko dan rumah-rumah makan yang berdekatan juga sudah tutup, kecuali sebuah taksi telah menunggu digerbang Syabbanul Muslimin . Imam Hasan Al-Banna duduk di kursi belakang bersama menantu yang juga sahabatnya tersebut. kecurigaan semakin tinggi tiba-tiba seluruh lampu penerangan jalan raya mati 
            Belum taksi berjalan , taksi dihadang oleh dua orang tak dikenal. Salah seorang berusaha membuka pintu kiri tempat Abdul Karim Manshur duduk mendampingi Hasan Al-Banna. Saat berusaha menahan pintu tersebut tiba-tiba pistol diarahkan pada Abdul Karim Manshur dan memuntahkan 3 peluru yang mengenai dada, tangan kanan dan kaki beliau sehingga beliau tidak mampu bergerak.
            Setelah melihat Abdul Karim Manshur tak berdaya, pintu kanan berusaha dibuka namun tidak berhasil hingga mereka memuntahkan peluru kearah Imam Hasan Al-Banna. Ketika pintu terbuka mereka mundur dan menembaiki Imam Hasan Al-Banna. Tujuh peluru bersarang di tubuh Beliau  namun, beliau masih mampu untuk keluar dan lari mengejar para penembak hingga jarak seratus meter. Sebuah mobil rupanya telah menunggu dua orang penembak tersebut dan membawanya kabur. Imam Hasan Al-Banna kemudian masuk kembali kedalam gedung Syabbanul Muslimin dan kemudian meminta bantuan mobil ambulan, sungguhpun demikian beliau terdampar dalam rumah sakit “Qosr Aini”
            Beliau dengan luka tembakan berada dalam kesendirian hingga syahid menjemputnya karena kehabisan darah  akibat tak seorangpun dari perawat atau dokter yang berani menolongnya sekalipun banyak dokter muslim yang ingin merawatnya, namun kepala Rumah Sakit tidak mengizinkan atas perintah Rezim Farouk. Dering telepon tak henti-hentinya untuk meyakinkan kematian Hasan Al-Banna.
            Hari Sabtu Malam Ahad beliau dipanggil Rabb yang selama ini menjadi Ghoyah perjuanngannya. Hari itu langit dunia dan ummat Islam terselimuti rasa duka yan mendalam karena kematian Hasan Al-Banna berarti hilangnya seorang pembela kebenaran ditengah tidur panjang ummat yang penuh dengan kedzoliman. Ditengah-tengah pesta kebahagiaan Raja Farouk dalam merayakan hari ulang tahunnya kepala polisi intel memberikan hadiah berupa kepala Imam Hasan Al-Banna untuk menambah kecongkakkannya di muka bumi. Pagi Hari Ahad sampailah berita kematiannya kepada orang tua beliau Ahmad Al-Banna.
            Yang lebih menyedihkan adalah ketika rezim Farouk tidak mengizinkan umat Islam untuk merawat jenazah beliau dan berta’ziyah kerumah shohibul musibah. Untuk menunjukkan keangkuhannya serta rasa dengki yang mendalam terhadap Hasan Al-Banna dan dakwah rezim menyusun penjagaan militer secara ketat dengan posisi siap tempur dan tank-tank siaga seperti akan menghadapi perang besar, padahal hanya sebuah upacara kematian yang terdiri dari beberap gelintir insan yang tak berdaya. Tak seorangpun diizinkan membawa jenazahnya menuju makam kecuali orang tua beserta seorang dan kedua saudari perempuannya.
            Hasan Al-Banna mengakhiri hidupnya dengan mulia dan setelah mengisi seluruh penjuru bumi dengan dakwah Ikhwanul Muslimin. Semoga Allah SWT memberi rahmat-Nya kepada Hasan Al-Banna karena beliau telah meningal  diatas jalan Nabi SAW yang terang benerang. Hasan Al-Banna berhasil menggebah kegelapan yang menggantang diatas kehidupan sejarah kaum muslimin karena kelelapan dan kelengahan mereka selama berabad-abad.

Mataram, 7 Februari 2005

IWAN Wahyudi 



You Might Also Like

1 komentar: